mencuat
namanya adalah Ordo Knight of Templar. Knight of Templar juga disebut sebagai
tentara miskin Pengikut Yesus Kristus dan Kuil Sulaiman. Disebut miskin karena
tergambar dari logo yang mereka gunakan, seperti dua tentara yang menunggang
seekor keledai. Untuk menunjukkan bahwa mereka miskin, sampai-sampai satu
keledai harus dinaiki dua orang tentara Knight of Templar. Bahkan tercatat,
mereka dipaksa untuk makan tiga kali saja dalam semingu. Sedangkan nama Kuil
Sulaiman mereka pakai karena mereka menjadikan markas mereka yang dipercayai
sebagai situs runtuhnya Kuil Sulaiman atau Solomon Temple. Tapi sesungguhnya,
pemilihan markas di bukit ini bukan sebuah kebetulan yang bersifat geografis
semata, karena para pendiri ordo Knight of Templar sesunguhnya punya cirta-cita
sendiri untuk mengembalikan kejayaan dan berdirinya Kuil Sulaiman sebagai
tempat suci kaum Yahudi atau tempatnya kaum Mason. Sepanjang bisa terlacak,
pendiri ordo ini adalah dua kesatria Prancis, yaitu Hugh de Pavens dan God frey
de St Omer. Spekulasi dari kalangan sejarawan mengatakan, bahwa ada darah-darah
Yahudi yang mengalir dalam tubuh dan cita-cita para pendiri Ordo Knigh of
Templar. Para perwira tinggi Kristen tersebut, sesungguhnya proses convertion
yang mereka lakukan hanyalah cara untuk menyelamatkan diri, dan sesungguhnya
mereka masih berpegang teguh pada doktrin-doktrin Yahudi, terutama Kabbalah. Meski
mereka menamakan diri sebagai tentara miskin, sesunguhnya mereka tidak miskin
sama sekali. Atau setidaknya, masa miskin itu hanya mereka rasakan di awal-awal
berdirinya Knight of Templars. Dalam waktu yang singkat mereka mampu menjadi
sangat kaya raya dengan jalan melakukan kontrol penuh terhadap peziarah Eropa
yang datang ke Palestiana. Salah satunya adalah dengan cara merekrut anak-anak
muda putra para bangsawan Eropa yang tentu saja akan melengkapi anak mereka
dengan perbekalan dana yang seolah tak pernah kering jumlahnya. Mereka juga
disebut sebagai perintis sistem perbankan pertama pada abad pertengahan. Saat
itu banyak orang-orang Eropa yang ingin pindah atau setidaknya berziarah ke
Palestina. Dan tentu saja perjalanan yang jauh dari Eropa memerlukan bekal yang
tidak sedikit. Ada yang membawa seluruh harta mereka dalam perjalanan, tapi
karena tentara Salib disepanjang perjalanan hidup dalam kondisi yang sangat
mengenaskan dan mereka sangat tergiur oleh harta kekayaan, tidak jarang terjadi
perampokan bahkan saling bunuh antar orang Kristen disepanjang perjalanan
menuju Palestian. Lalu ditemukan cara, para peziarah tidak perlu membawa harta
mereka dalam perjalanan. Mereka hanya perlu menitipkannya pada sebuah
perwakilan Templar di Eropa, mencatat dan menghitung nilainya dan mereka
berangkat ke Palestina berbekal catatan nilai harta yang nantinya akan
ditukarkan dengan nilai uang yang sama di Palestina. Gerakan ini banyak
didominasi oleh Ordo Knight of Templar yang membuat mereka sangat kaya raya
karena mendapat keuntungan dari sistem bunga yang mereka kembangkan. Dan inilah
embrio atau cikal bakal perbankan yang kita keanl sekarang.
Markas
Knight of Templar di Prancis menjadi rumah penghimpunan harta terbesar di
Eropa. Lambat laun mereka menjadi bankir bagi para Paus dan Raja. Bagaimana
tidak cepat kaya, setiap tahunyya King Henry II of England mendonasikan uang
untuk menanggung biaya hidup 15.000 tentara Knight of Templar dan juga Knight
Hospitaler selama mereka berperang dalam Perang Salib di tahun 1170. Untuk
menggambarkan betapa besarnya institusi perbankan yang dijalankan Templar, pada
saat itu organisasi ini memiliki 7.000 pegawai lebih hanya untuk mengurusi
masalah keuangan. Mereka juga memiliki tak kurang dari 870 istana, kastil, dan
rumah-rumah para bangsawan yang terbentang dari London hingga Yerusalem.
6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar